My dentist, me and our story!!!

Berkisah tentang ke dokter gigi saya termasuk orang yang paling sering buka mulut pada profesi satu ini. Ya, saya ingat sedari dulu seringlah saya bolak balik dokter gigi. Perkaranya awalnya sederhana saja, si efit kecil yang malang ( malas-red) berlobang gigi nya. Karena sering sakit akhirnya memutuskan untuk ke dokter gigi untuk menambalnya.

Ya begitulah hubungan saya dengan beberapa dokter gigi dimulai. Gonta ganti beerapa kali.Jadinya saya punya banyak kisah.
ehm..ketauan lah ya yang sering bermasalah dengan gigi.

baiklah

Kesan pertama saya ke dokter gigi sebenarnya sudah lupa.Ya jelaslah sudah lewat berpuluh tahun (sok tuir hehe). Jadi dalam kesempatan BJ kali ini saya nak share yang paling berkesan sahaja.
Kesan paling buruk dan kesan paling baik.


Kesan Buruk

Suatu hari berkunjunglah saya ke sebuah poliklinik di kota ini. Sudah siangan kala itu. Tergopoh saya bergegas ke bagian registrasi. Alhamdulillah masih bisa daftar.

Tak lama menunggu tibalah giliran saya. Saya masuk dan disuruh duduk di kursi gigi (tak tau ap nama kursiny). Agak bergidik saya duduk ketika akhirnya dokter yang mau mengerjai gigi saya datang. Dokter muda. Dokternya masih muda maksudnya. Hmm..dasar saya yang memang cemasan orangnya langsung berpikir yang aneh2. Membayangkan dokter muda yang baru praktek dengan alat tajam yg sdg dipegangnya tak sengaja menembus palatum saya. Atau gerinda (entah apa la namanya) menggores lidah saya.
Bersusah payah akhirnya saya mencoba berpikir positif,berbaik sangka. Ini dokternya udah lulus uji kompetensi nih. Meski muda. Malahan yang muda biasanya lebih hati-hati. Hee..toh nanti saya juga bakalan jadi dokter muda. Maksudnya dokter yang masih muda. Jadi berbaik sangka selagi menjadi pasien sejawat adalah keharusan.

Nah, mulailah si dokter gigi muda mengotak atik gigi saya yang ada cariesnya. Menambalnya dengan tambalan semen putih. Sesekali saya disuruh buang ludah. Ya lalu tiba-tiba dokter itu berkata dengan sedikit histeris “aduh aduh kebanyakab nih semennya, gimana ini?!”
Saya yang dalam kondisi mulut ternganga dengan alat gigi didalamnya ikut-ikutan shock.
Bergumam gumam saja lah saya.
Lalu dalam keadaan histrria karna kebanyakan mengisi semen ke gigi saya. si dokter .berkata “dek pegangi alat ini ya”
Gubrak!!! Saya shock kuadrat. Apa boleh buat akhirnya saya memegang gagang sebuah alat yang saya pun tak tau entah apa bentuk pangkalnya. Bayangkan saya memegang alat yang sedang berada di.mulut saya sendiri dan saya berstatus pasien. Ruarr biasa!!
Akhirnya setelah proses heboh hebohan itu selesailah gigi saya ditambal.
Selamat sentosa hingga sampai dirumah. Namun apa yang terjadi 2 jam.berikutnya. Gigi saya terasa panas semakin panas dan akhirnya sensasi nyeri menjalar sampai ke kepala saya. Saya minum obat namun tak mempan. Ya apalah daya akhirnya saya keluarkan juga endorphin dengan lakrimasi sembari menelepon kakak saya. Akhirnya saya tertidur. Dan esok pagi nya saya balik lagi ke poli terssbut dan trnyata tambalan tersebut tidak bagus, ada ruang didalamnya sehingga menimbulkan tekanan gas dan harus dibuka lagi.
Naas. Begitulah.

Kesan Baik

Kesan yang baik juga ada, di poli yang sama. Kelanjutan kisah diatas.
Alhasil gigi saya tersebut bernasib malang. Kombinasi kesalahan dokter iatas dan kelalaian saya berujung pada abses periodontal. wuaaa!!!!
Dengar namanya saja saya udah seram. Padahal tak tau bagaimana penyakitnya. Sampai dirumah saya googling dan…penatalaksanaan nya adlah drainase dan kuretase. Wa wa wa..Akhirnya saya merelakan diri untuk di drainase di poli yang sama dengan dokter yang berbeda.

Hari itu saya sedang galau-galaunya dikota ini. Halah. Ya waktu itu bulan puasa dan sudah libur. KebetulN saya sedang penelitian jadi tinggallah saya sendiri di kota ini.
Datanglah saya k poli untuk drainase. Duduk di kursi gigi dan buka mulut. Dokter gigi nan baik hati memulai dengan basmallah dan tak lupa menjelaskan bahwa tindakan agak.sedikit sakit. Saya mengangguk. Tak apa dok.
Dan mulailah.
Sakit. Sangat.
Dan lagi2 lakrimasi.
Dokter itu spontan berhenti.
Terkejut.
“Sakit sekali ya..”
Saya mengangguk.
Masih lakrimasi dan semakin lakrimasi.
“Loh kok?”
“Saya ingat mama saya dok”
Dokter it tersenyum dan memandang saya haru.
“Bukan anak sini ya?”
Saya mengangguk.
“Ayo kita kerjain sedikit lagi, biar ntar pas pulang kampung, ketemu mamanya gak sakit lagi ya..”
Saya diam.
“Kita pelan-pelan aja ya..”
Dan akhirnya saya mengangguk.
“Baca bismillah sama-sama ya”
Saya mengangguk.
Mulailah kembali si dokter gigi tua mengerjai drainase kuretase gigi saya.
Dan akhirnya selesai.

Begitulah.
Kenapa berkesan ya karena penanganan yang baik dibarengi dengan komunikasi yang baik. Saya suka.

Oke..itulah kesan saya dengan dokter gigi.
Berharap tak usah lagi ke dokter gigi kecuali untuk sceling.
Aamiin.
hehe

* afwan telat ngumpulin tugas BJ

Medan, dawn Ramadhan 19 th

4 thoughts on “My dentist, me and our story!!!

    • haha
      iy nad
      horor banget waktu t
      bsk jan mode t ndk
      wkwkw

      hee
      yg ptg t tulisan prematur,
      ndk sangajo tatakan publish padahal niek kk save d draft..
      jd gt lah..kk hapus aj..

Wanna say something?? Tafadhdhol :)