Untukmu

Tulisan ini untukmu

Untuk setiap tetes keringat mu

Untuk setiap kerut kening pikirmu

Untuk setiap jadwal makan yang tidak lagi tepat waktu

Untuk setiap jadwal istirahat yang terganggu

Untuk setiap acara kongkow pertemanan yang terlewatkan

Untuk games kesukaan yang nyaris terabaikan

Terima kasih abi sayang

Dariku dan 2 anak bujang kita

Dear (Uda )Alif, 1st year of age, nak

Dear Alif, mari bernostalgia ke 1 tahun yang lalu nak.

Saat tangisanmu sayup2 bunda dengar dari ruangan sebelah, yang awalnya tidak terdengar karena lamanya pejuangan untuk keluar dari perut bunda, alhamdulillah akhirnya setelah resusitasi bidan, suara itu keluar juga meski agak serak.

Sejak itu cerita kita dimulai ya nak. Hari hari pertama kita habiskan di rumah sakit karena Alif harus menjalani perawatan karena tidak langsung menangis dan ketuban bunda hijau saat Alif keluar, setelah diperiksa ternyata leukosit Alif meningkat sehingga antibiotik harus masuk. Bunda bolak balik ruang rawatan dan ruang bayi untuk menyusui Alif. Sesampai diruangan bayi selalu saja bidan mengeluhkan anak bunda ini sering menangis, tapi setiap kali tangan Bunda mengangkat tubuh 3 kg Alif kala itu, Alif langsung diam dan tenang. Dan mulailah drama menyusui kita ya nak. Bunda masih ingat, betapa konyolnya, Bunda bahkan tidak notice kalau ternyata Alif cuma ngempeng doang selama 3 hari pertama, Alhamdulillahnya cadangan makanan newborn memang masih mencukupi utk 72 jam. Hari ke-4 akhirnya kita bisa pulang ke rumah ya nak. Dijemput nek ti, atuk af, nek hel, dan mamia. Dan drama kita masih terus berlanjut. Bunda yang masih gagap mengganti popok, membedong, dan memandikan alhamdulillahnya 1 minggu pertama tugas ini diambil alih nek ti, bunda jadi pemerhati sambil sesekali praktek belajar. Menyusui pun bunda masih jatuh bangun, hari-hari yang dipenuhi air mata karena bunda merasa asi bunda tidak cukup dan air keringat bunda ya nak, hehe. Sampai-sampai bunda mandi 3 kali sehari di awal2 kelahiran Alif. :p

Setelah nekti dan atuk pulang ke Payakumbuh, Bunda merasa sedih sekali, sedih saja tidak tahu kenapa. Apa ini baby blues, bunda rasa bukan, bunda memang bisa dan biasa se-melow ini nak, hehe. Alhamdulillahnya di minggu kedua datanglah tante meri, tante Uul dan Om Farhan nak. Bunda senang lagi. Di minggu ketiga Alif dibawa jalan – jalan ke Semarang, 3 jam dari Jogja, bunda harus mengikuti tes terakhir penerimaan CPNS Kemenkes. Bunda ditemani Abi, Mamia, dan Mbah Nia. Saat Bunda ujian Alif ditinggal di Masjid, and another drama, karena kehausan dan belum bisa ( karena belum diajarin) ngedot suara tangisan Alif yang superr kedengaran kemana-mana, yang panik tidak hanya tim Jogja, ibu-ibu yang sedang sholat di masjid itu juga ikutan menenangkan Alif sampai sampai ada ibu yang ingin menyusui Alif saking kasihannya melihat anak bunda kehausan. Alhamdulillah akhirnya seorang ibu yang rupanya seorang bidan senior bisa dengan spontan mengajari Alif ngedot.

Dear Alif, di bulan bulan pertama Alif masih sering menangis, Bunda dan Abi gak tau apa sebabnya nak, ditawari ASI ndak mau dan akhirnya Alif selalu ditimang2 hingga berjam-jam agar berhenti menangis. Bunda sempat sharing dengan teman-teman yang juga baru punya baby, dan ammah2 nya have no idea Alif kenapa. Sampai suatu kali Bunda berasumsi bahwa yang bikin Alif nangis kala itu adalah upil dihidung yang mungkin menghalangi pernapasan. Sampai-sampai Abi dan Bunda langsung sewa Grab ke RS hanya untuk minta tolong melenyapkan upil di hidung Alif. Wkwkw. Padahal gampang ya, tinggal pakai cuttonbud baby untuk mengambilnya, maklum ya nak, meski bunda seorang dokter, tetap saja nyali dan otak menciut perihal anak sendiri. Dan setelah upil terlepas, keesokan harinya Alif masih sama, sering menangis. Demikian lah, sepertinya insting ibu muda bunda belum terasah untuk memahami arti tangisan Alif ya nak, maafin Bunda ya.

Akhirnya bulan2 penuh air mata dan timang2 semalaman terlewati juga nak, Alhamdulillah Alif semakin anteng memasuki usia 4 bulan. Perjalanan kita pulang ke Payakumbuh dengan pesawat pun Alhamdulillah berjalan mulus. Pola tidur Alif pun sudah teratur, tidur jam 6 atau 7 sore dan bangun saat subuh.

Enam bulan pun berlalu dan alhamdulillah Alif lulus ASI eksklusif, dan memasuki masa MPASI drama berikutnya juga terjadi ditambah fakta air susu bunda makin berkurang karena udah ada Dedek di dalam perut Bunda. Alif sering terbangun tengah malam karena kelaparan dan kehausan. Di akhir bulan ke 7 Bunda memutuskan memberikan tambahan susu formula untuk Alif, awalnya Bunda bersikukuh tetap ingin full ASI namun demi kebaikan Alif, Bunda menurunkan ego Bunda nak, atas nasihat Mamia juga, inilah yang terbaik, tambahan sufor dan tidak perlu baper dengan keputusan ini. Meski sufor, Alif selalu mikcu dengan Bunda, dengan posisi mirip breastfeeding ya nak.

Dear Alif, anak bujang Bunda. Alhamdulillah lebih kurang 1 bulan yang lalu, di usia 11 bulan Alif sudah mulai belajar berjalan dan hari ini, di 1 tahun usia Alif sudah bisa berjalan dengan lancar walaupun masih sesekali jatuh ya nak. Alhamdulilah

Diusia 1 tahun ini apalagi ya kebiasaan Alif, sudah bisa menunjuk apa yang dimau. Sukanya nunjuk cicak dan kipas ya nak. Suka tepuk hompimpa. Suka tutup buka botol apa aja, botol minyak telon, botol minum bunda. Suka bolak balik buku, terutama buku spin yg dibelikan tante uul. Suka main di PAUD sebelah rumah, suka gak sabar nunggu teteh buat diajak main ke PAUD. Suka ngoceh2, pu ( nunjuk kupu-kupu), pas (nunjuk kipas) tupah (nunjuk air yang tumpah), Allah (sambil angkat tangan kayak mau takbir), mamam (nunjuk tempat nasi). Suka ngoceh2 papu, maming, tetu..wkwkw..bunda gak tau artinya kalau yang ini. Suka ketawa kalau disenyumin orang. Suka ketawa kekeh sekali kalau digodain Abi meski ujung-ujungnya nangis. Hahai.

Panjang sekali kalau harus diuraikan perjalanan 1 tahun kita nak. Satu tahun yang penuh perjuangan dan drama saling mengenal dan memahami antara kita. Satu tahun penuh senyum ketawa ketiwi juga Alhamdulillah.

Dear Alif, terimakasih nak, telah menjadi anak Abi dan Bunda yang full of story and lesson.

Maafin Abi dan Bunda kalau masih belum maksimal menjadi “teman bermain” Alif. Insya Allah dengan adanya dedek Rayyan tim bermain kita makin ramai ya nak. Maafin Bunda kalau masih kurang sabar nya. Maafin Bunda kalau masih banyak kurang kurang nya. Semoga Abi dan Bunda diberikan Allah kesabaran dan kekuatan untuk mendidik Alif dan adik adik kelak. Aamiin.

Last but not the least, barakallahu fii miladik, nak, semoga jadi anak yang sehat, cerdas dan sholeh. Semoga jadi Uda yang baik dan jadi panutan adik adiknya kelak. Aamiin

*Peluk sayang penuh cinta dari Bunda, Abi dan Dedek Rayyan, Uda Alif.

**Cinangka, October 23th, 2018

Birth Story of 1st Allathif

Blog ini sudah semakin jarang dikunjungi, meski lately sebenarnya banyak sekali momen yg ingin diabadikan lewat tulisan, hiks, padahal kalau dipikir-pikir dedek bayi ndak bisa full dijadikan tumbal alasan. :p

Kali ini mau cerita panjang lebar :p, tentang kelahiran si bujang.

***
Penelitian suami yang harus dilaksanakan di BATAN Jogja, membuat saya dan suami memutuskan kepindahan ke Jogja awal Mei, otomatis saya harus say good bye juga pada Sp.OG saya di RS Mitra Keluarga Cikarang, dr. Titin. Padahal saya sudah terlalu nyaman dengan beliau, ibarat kalau ketemu seperti ketemu saudara sendiri, jelas saja, beliau tahu perjuangan saya dan suami dari kehamilan sebelumnya, beliau lah yang akhirnya mendiagnosa Kehamilan Ektopik dan membantu sangat banyak dari segi moril dan materil. Alhamdulillah, syukurnya ketika saya mengabarkan rencana kepindahan kami, beliau merekomendasikan dan memberikan no hp Sp.OG satu almamater tepatnya junior beliau yaitu dr. Yasmini yang praktik di RS. Sadewa. Dengan statement nya yg menyenangkan hati ” ini Junior saya, 11 12 sama saya, gaya nya mirip kok dengan saya”.
Singkat cerita, akhirnya di Jogja saya tiap bulan ke RS. Sadewa untuk berkonsultasi dengan dr. Yasmini yang ternyata memang benar hampir sama dg dr.Titin apalagi terkait jumlah pasien beliau sehingga kami harus booking pendaftaran 1 minggu sebelum dan siap siap pulang tengah malam. Selama kontrol, alhamdulillah kehamilan kali ini nyaris tidak ada keluhan yang berarti. Di kontrol tanggal 18 Oktober dokternya merasa ketuban saya sangat jauh bekurang dibandingkan 1 minggu yang lalu, beliau curiga ada ketuban yang rembes. Dilakukan lah pemeriksaan dalam dengan menggunakan kertas lakmus dan hasilnya negatif, saya menarik nafas lega. Namun dokternya sedikit khawatir dan menyuruh saya datang 3 hari lagi yaitu tgl 20 Oktober, saya menyanggupi sekaligus minta izin dan pertimbangan beliau karena tepat tgl sekian saya harus mengikuti seleksi CAT CPNS Kemenkes di kota Semarang, 3 jam dari Jogja, beliau mengizinkan dengan syarat saya harus bawa perlengkapan lahiran ke Semarang, jika ada tanda2 persalinan segera ke RS terdekat.

***

Tanggal 20 Oktober 2017

Pukul 05.30 pagi saya dan rombongan sudah bergerak menuju Semarang, saya, kak Amel, adik ipar Naufal dan pak Sopir yaitu teman suami. Suami sendiri harus berangkat ke Jakarta dengan kereta jam 9 untuk mengikuti sidang tesis.
Perjalanan alhamdulillah lancar, pak sopir sudah dipesankan suami untuk pelan pelan karena ternyata jalanan nya kurang smooth untuk bumil seperti saya hehe banyak goncangan. Sampailah kami di lokasi ujian pukul 09.00. Sedangkan di jadwal saya ujian jam 14.00- 15.30. Kami sempatkan istirahat dan sholat zuhur di masjid Universitas Diponegoro. Tes nya alhamdulillah juga lancar. Kami bergerak menuju Jogja pukul 17.00 setelah sebelumnya makan di warung SS terdekat. Perjalanan pulang sedikit lebih lama karena hujan, kami sampai di kota Jogja pukul 21.00 dan langsung ke RS. Sadewa sesuai rencana. Sesampainya di sana, ternyata dr. Yasmini belum mulai praktik padahal di jadwal beliau mulainya jam 18.00, sedangkan saya memegang nomor antrian pasien terakhir yaitu 32. Setelah berdiskusi dengan kakak dan adik ipar, kami memutuskan untuk menunggu di mushola yang kebetulan dekat dengan poli kandungan, jadi sesekali saya mengecek no pasien yang dipanggil. Tepat pukul 00.00 saya mengecek untuk kesekian kalinya dan akhirnya menyerah ketika melihat papan tergantung di pintu poli”sedang ada tindakan” artinya dokter sedang menangani pasien rawatan, bisa berupa lahiran normal ataupun operasi caessar. Kami memutuskan pulang dengan afirmasi positif bahwa insya allah saya baik baik saja, insya allah tidak ada ketuban yang rembes. Sampailah kami d rumah pukul 00.30 terhitung esok hari.

Tanggal 21 Oktober 2017
Saya terbangun pukul 03.30, merasa perut tidak nyaman, seperti melilit pengen BAB, saya langsung teringat sambal yang saya makan di warung SS kemarin, pastilah ini men*ret, saya memang sering mengalami keluhan ini kalau makan sambal dari luar. Sesampainya di kamar mandi saya terkejut ternyata sudah keluar lendir dan flek darah. Saya langsung berdebar debar karena ini adalah tanda-tanda sudah mau lahiran, apalagi kondisinya suami sedang di Jakarta dan kak Amel akan balik ke Jakarta pagi ini pukul 09.00.

Kak Mel memutuskan membatalkan tiket kereta nya dan kami sepakat untuk tidak kasih kabar dulu ke suami dan orang tua sebelum diperiksa oleh dokter.

Pukul 11.00 berangkatlah saya dan kak Amel ke RS, dengan menenteng tas perlengkapan bayi, mencoba booking gocar ternyata lama sekali, hingga akhirnya kami memutuskan naik gojek.hehe, sambil mikir, kalau mama atau suami tau pasti kena marah.

Sesampainya di IGD RS, saya langsung di periksa oleh dokter jaga, katanya baru pembukaan 1 sempit. Ya Allah, padahal sakitnya saya mengira sudah pembukaan 3 paling kurang. Saat di ukur tekanan darah ternyata tinggi 140/90, saya sampai minta dicek berulang ulang kali dengan berbagai posisi dan kondisi karena tidak percaya, mengingat saya tidak pernah ada riwayat darah tinggi bahkan 3 hari yang lalu tensi saya masih 110 / 70. Karena tensi tinggi protapnya saya harus diperiksa urinnya, dan hasilnya trace. Dokter jaga konsul via telp ke dr. Yasmini dan beliau menyarankan rawat inap dengan terapi preeklampsia. Wow, mendengar penjelasan dr.jaga nya saya langsung bergidik, preeklampsia, yang artinya harus masuk MgSO4 injeksi, sehingga akhirnya setelah berdiskusi dengan kakak saya yang kebetulan apoteker, saya menandatangani surat penolakan pemberian obat tersebut karena saya masih tidak yakin dengan hasio pemeriksaan. Pukul 14.00 saya baru mengabari suami, orang tua dan saudara kalau saya sudah siap2 mau lahiran. Oya, saking lamanya prosedur pemeriksaan tensi yang saya minta berulang2 akhirnya saya menghabiskan waktu berjam jam di IGD dan baru masuk ruangan jam 15.00.

Sesampainya di ruangan saya di VT lagi dan hasilnya masih pembukaan 2 sempit.

Pukul 17.00 dr.Yasmini visit ke ruangan, menemui saya dengan wajah prihatin dan bertanya kenapa saya menolak pemberian terapi, beliau cerita dulu pernah ada pasien seperti saya, tiba2 kejang yang artinya jatuh ke eklampsia, kejadian yang lebih serius. Lalu saya menjelaskan alasan saya, beliau seperti no komen, mungkin sepertinya sepakat juga dengan alasan saya.

Pukul 20.00 akhirnya suami sampai di RS, setelah memutuskan naik pesawat dari Jakarta dan otomatis membatalkan tiket kereta yang sudah lama dipesan. Mulailah saya dan suami jalan jalan keliling RS untuk excercise menambah bukaan. Di kamar saya juga berusaha squat saat merasakan kontraksi. Malamnya sakitnya semakin menjadi jadi sehingga saya tidak bisa tidur, kak Amel siap sedia sepanjang malam duduk di pinggir bed membacakan ayat ayat suci alquran, suami saya suruh istirahat berhubung baru sampai dan esoknya harus mengikuti seleksi kemenkeu.

Tanggal 22 Oktober 2017

Paginya saya d VT lagi sekitar pukul 7 pagi dan hasilnya masih sama, pembukaan 2, agak longgar kata bidan yang memeriksa. Kontraksi yang saya rasakan sudah semakin sering, hampir tiap 5 menit dengan durasi beragam 20-40 detik. Saya sudah merasa tidak sanggup lagi untuk berjalan, padahal baru bukaan 2 ya.

Pukul 11 saya di VT lagi alhamdulillah sudah pembukaan 3. Atas instruksi dr. Yasmini saya dipindahkan ke ruang bersalin. Sesampainya di ruang bersalin saya lansung ditensi dan di pasang infus.

Pukul 15.00 saya di VT lagi dan pembukaan masih 3 longgar. Saya nyaris tak percaya, padahal rasa sakitnya sudah lumayan membuat selera makan saya hilang. Pukul 18.00 saya di VT lagi dan pembukaan tidak naik, masih 3. Bidannya melaporkan hasil pemeriksaan kepada dr. Yasmini dan saran beliau adalah induksi. Pukul 19.00 saya disuntikkan Alinamin 2 ampul. Kontraksi meningkat, saya menyangka pembukaan akan naik, namun saat di vt ternyata hanya naik menjadi pembukaan 4 sempit.

Akhirnya pukul 20.00 obat induksi masuk lewat tetesan infus. Tetesan awal masih pelan, nyeri kontraksi nya sudah membuat saya harus bernafas dengan konsentrasi. Kak mel yang menemami bergantian dengan suami membantu dengan mengiringi bacaan AlQuran. Karena di induksi, jeda waktu antar kontraksi sangat pendek, sehingga saya tidak punya daya lagi bahkan untuk sekedar makan atau ngemil.

Pukul 22.00 saya di VT lagi dan pembukaan sudah naik menjadi 6. Jangan ditanya rasanya ya. Menit-menit berlalu dengan pelan, dan saya berkali-kali meminta dicek pembukaan. Para bidan yang awalnya cukup sabar lama-lama jadi terlihat kurang nyaman karena saya sampai sedikit maksa diperiksa. Maaf ya bu bidan, bukan kenapa-kenapa, karena sudah pengen mengedan begitulah saking sakitnya. Kak Amel disamping bed terlihat tetap tenang meskipun sepertinya baru ditelp mama yang khawatir karena saya kelamaan menahan sakit dan meminta kak mel menawarkan untuk operasi saja biar cepat selesai prosesnya. Tapi bismillah Kak Amel dan saya optimis insya Allah bisa lahiran normal

Pukul 24.00 saya merasa sudah tidak kuat lagi menahan keinginan untuk mengedan dan Alhamdulillah bersamaan dengan datangnya dr. Yasmini saya diizinkan untuk mengedan. Entah karena sudah lelah atau mungkin karena pengalaman pertama, saya tidak bisa mengedan efektif. Berkali2 dicoba tidak kuat juga, sampai setelh hampir 1 jam mengedan saya dengan tenaga sudah hsmpir habis dan mengantuk meminta agar di vakum saja, semua bidan disekitar saya juga setuju, namun dr. Yasmini tidak, dengan tenang beliau berkata ” Insya Allah bisa, ayo semangat lagi” Dan saya seperti tersugesti, dengan izin Allah akhirnya pukul 01.15 kepala bayi keluar diikuti badannya namun tidak ada suara tangisan yang keluar, setelah dilakukan resusitasi Alhamdulillah suara tangisan bayi terdengar meski agak serak. Ternyata Alif terlalu lama di jalan lahir sehingga terminum air ketuban, oleh karena itu perlu perawatan khusus di ruangan terpisah.

Lega dan haru, begitulah rasanya setelah Alif keluar, proses pengeluaran ari2 lancar dan proses penjahitan juga sangat nyaman, dr. Yasmini memang terkenal dengan kerapian beliau dalam penjahitan, Jazakillah dok, Barakallah. Sampai-sampai pasca lahiran saya tidak harus lurus2in kaki seperti yang diminta saudara2 saya saat itu.

Dan, perjalanan menjadi seorang ibu baru saja dimulai. Tiga hari pertama, karena masih di Rumah Sakit membuat saya yang cenderung introvert lebih tenang melewati masa2 adaptasi terkhusus masalah menyusui. Sempat merasa tidak keluar ASI, posisi menyusui yang salah.

***

Tulisannya nanti disambung lagi ya, karena ingin posting tepat di 3 bulan nya nak bujang 🙂

Time flies, akhirnya terupdate di usia bujang 6 tahun 3 bulan 🙂

Hujan dan Kita (2)

Waktu itu hujan turun dan kau bilang “aku suka hujan dik”. Aku juga, selaku cepat. Kau tau bang, bagian yang paling kusuka dari hujan, suaranya. Seolah melindungi. Kaupun tertawa, seperti aku ya. Aku mengangguk lalu ikut tertawa. aku suka bau tanah setelah hujan  reda,.

Dan, kita memang berbeda, pun dalam menikmati hujan. Jika riuh genteng sudah terdengar aku akan menutup jendela-jendela di rumah kita sembari menatap bulir-bulir air yang jatuh dan pikiran melow ku akan mengembara menembus ruang dan waktu sedangkan kau akan sibuk mencari ember dan melipat permadani dirumah dan menaruh ember diatasnya. Setelahnya kau akan berkomentar hujan dik, mari berdoa.

Apapun itu aku tau kita saling mencinta, mencinta hujan, mencinta pencipta hujan. Kelak, aku ingin kita berlari riuh berdua atau bertiga atau berempat dan seterusnya dibawah hujan dan tertawa riang bersama. Dan berbisik dalam rintiknya ” kita masih mencintai hujan setelah sekian lama”

 

*hey, I love you my petrichor man :-*

 

Hai hai blog, maafkan atas kekosongan selama ini..hiks..
Hari ini nak share birth story nya si bujang, berhubung bunda nya masih adaptasi dg status baru, jadilah setelah 2 bulan catatan birthstory ini baru ditulis…lama nyaaa..karena ya begitu, hadirmu mengalihkan duniaku *ngomongsamabayikdenganmatapanda :p

Our Love Story

And this is…When you ( or other people) ask me the reason W.H.Y Y.O.U ;

” I love you because the entire universe conspired to help me find you ” (Paulo Coelho)

***

Hufft,  ” Welcome to the hottest planet, Cikarang” saya bergumam sembari menghela napas dan mengelap keringat di dahi. Layar di Hp menunjukkan tanggal 12 Oktober 2015, saya Millaty Fitrah, seorang dokter yang baru saja menyelesaikan program Internshipnya di Sawahlunto tanggal 7 Oktober 2015 resmi sudah menginjak tanah Jawa dalam rangka mencari sesuap nasi dan segenggam (uhuk) berlian :D. Aamiin. Masih terngiang pesan-pesan dari keluarga yang mengisyaratkan kekhawatiran, Cikarang bukan tanah yang ramah, begitu kabar dari saudara jauh yang sudah lama tinggal di Jakarta. Sebenarnya teman teman asal Jakarta juga mengingatkan hal senada jikalau orang yang nota bene baru pertama kali menginjak pulau Jawa ada baiknya jangan memilih Cikarang sebagai trial pertama, takutnya ntar kapok dengan kesan kota ini.

Entah keberanian dari mana yang muncul tiba-tiba setelah Internship ini, mengingat saya adalah orang yang paling takut menentang arus (?) apalagi yang namanya arus keluarga. Dulu, dulunya lagi banyak pilihan-pilihan arus yang saya ikutkan. Eits saya lupa satu hal, ada kakaknya saya yang selalu menyemangati dan menantang(?) saya untuk menginjak pulau Jawa especially Jakarta. Kata beliau untuk menempa mental saya yang (uhuk) terlalu safety zone. Berbekal keyakinan bahwa bumi Allah itu luas, bukan hanya Payakumbuh dan sekitarnya, akhirnya saya mendarat di planet Cikarang ditemani kakak sang guardian angel 🙂

Sesampainya di Cikarang saya langsung menuju klinik tempat saya akan bekerja. Klinik Sabila Medika. Pemiliknya, seorang dokter asal Batu Sangkar sebelumnya telah mengabari bahwa saya akan disambut oleh Bidan dan akan dicarikan tempat kos-kosan. Berbekal alamat klinik saya menyetop sebuah taxi dan setelah berputar-putar lebih dari 45 menit akhirnya sampailah saya dan kakak di klinik tersebut.

Singkat cerita jadilah saya dr. Milla di klinik ini.

Suatu hari saat saya dinas shift panjang (jam 09.00 – 21.00) saya ditelepon dokter owner klinik, beliau mengabari bahwa salah seorang pasien beliau yang kebetulan adalah murid binaan beliau akan datang berobat malam itu,

” Pasiennya udah saya periksa dan saya kasih obat minggu lalu dok, namun sepertinya tidak ada angsuran, mungkin baiknya dirujuk saja. hmm..tapi tetap ini adalah otoritas nya dokter, silahkan dokter periksa dulu”

“Owh ya dok, nanti saya periksa dulu dok” jawab saya.

Malam itu hujan deras, pasien yang datang ke klinik juga tidak begitu ramai, saya masih menunggu pasien dokter.

Seperti biasa perawat akan menyerahkan rekam medis pasien ke tangan dokter sebelum pasien masuk ke ruang periksa. Berhubung sudah mendekati jam pulang begitu rekam medis sampai di tangan, saya langsung memanggil nama pasien, ” Pak Iftroni Haritsah, silahkan masuk” Sesosok (?) orang yang sebenarnya tidak asing lagi bagi saya karena beberapa kali (2 kali) pernah saya liat wajahnya Jumat malam di klinik masuk dengan wajah yang basah dan meminta maaf karena sedikit telat. Saya melirik lembaran rekam medis, merasa agak bersalah juga memanggil dengan panggilan pak melihat umur yang tertulis 24 tahun, setahun lebih muda dari saya. Ia duduk dengan tenang, tidak terlihat begitu sakit, sambil menjawab beberpa pertanyaan yang saya lontarkan tentang keluhan penyakitnya. Keluhan nyeri dada kanan sejak 1 minggu yang lalu sebelumnya tabrakan dengan teman saat bermain futsal. Sudah diberi obat anti nyeri oleh dokter owner klinik yang memeriksa sebelumnya. Berkali-kali saya menanyakan, ” Benar tidak kurang sakitnya sejak minum obat?” Sang pasien dengan tegas berulang kali juga menjawab “Tidak dok, mungkin ada baiknya dii ronsen ya dok” Saya yang tidak ingin seenaknya memberikan rujukan akhinrya menyuruh pasien untuk diperiksa terlebih dahulu. Mulailah saya melakukan pemeriksaan fisik standar untuk keluhan ini dengan berbekal stetoskop dan… taraaa sarung tangan :). Saya masih saja menilai tidak ada yang perlu di ronsen karena semuanya normal kecuali nyeri tekan yang masih saya simpulkan sebagai benturan jaringan atau otot. Namun karena pasien di depan saya ini sedikit bersikeras dan karena sudah ada memo khusus dari dokter owner klinik akhirnya saya tanda tangani jua lah surat rujukannya.

Dua minggu setelah hari itu, di saat saya mendapat shift panjang, saya bertemu lagi dengan pasien tersebut, saya baru sadar kalau hari itu adalah jadwal rutin melingkarnya di klinik. Pensaran dengan hasil rujukan yang lalu, baru saja dia masuk saya langsung berdiri dan mengajukan pertanyaan, “Jadi gimana hasil nya kemarin, gak ada yang patah kan?””Ada dok, iga 11 12 kata dokternya”

“wah iyakah?” sedikit tidak menyangka dengan jawaban si pasien.

***

Sama tidak menyangkanya ketika si pasien ini lah yang fotonya terlampir di proposal ikhwan yang akan diproses dengan saya. Awalnya saya terkejut, sempat merasa takut tidak cocok karena banyaknya perbedaan dan jarak kota asal kami. Namun takdir jodoh memuluskan jalan pertemuan kami. Payakumbuh – Yogyakarta ternyata dekat. Iya, dekat di hati. (ciyee :p). Alhamdulillah.

Dengan tidak melupakan kebaperan yang saya miliki, saya memikirkan puzzle2 saya dan suami, ada kesamaan ataupun hubungan yang kadang suka saya sambung2kan, hehe, misalnya saja nama kami yang bisa dikatakan serima atau senada Millaty Iftironi; Fitrah Haritsah (ciyee :p) atau plat nomor kendaraan Sumatera Barat dan Yogyakarta yang seolah bercermin BA dan AB. (kan kan, kamu udah ditakdirkan jadi cermin akuh haks haks :D). Selanjutnya ketika melihat foto ayah dan ayah  mertua, saya menyadari bahwa mata beliau2 ternyata mirip, (mirip berarti anaknya jodoh, gitu ya :p) kesukaan dan kebiasaan beliau berdua juga ada yang sama, semacam minum teh di pagi hari atau ketidaksukaan adegan tangis-tangisan saat bermaaf2an di hari lebaran. Oya satu lagi saya punya teman dekat yang juga menikah dengan seorang alchemist yang usianya juga terpaut lebih muda dan juga berasal dari almamater yang sama (aihh memang kompak kali lah kami :p). Kebaperan yang make sense kah :P? Untungnya saya menyimpulkan jaring-jaring hubungan dan puzzle  setelah ijab qabul, kalau dilakukan sebelumnya saya rasa akan berdampak kegalauan dan pengharapan yang tiada akhir. 😛

Demikian.

Setelah semua perjalanan panjang saya dari Sawahlunto-Payakumbuh-Cikarang, saya tiba-tiba menjadi sangat haru, ini lah skenario yang Allah siapkan untuk menjadi takdir jodoh saya. Sebuah misteri hidup terindah (kata orang). Ternyata kamu jauh ya di Cikarang.;)

After all saya menyadari dengan sangat, saat ijab qabul terucap, bahwa jodoh memang di tangan Allah. Tidak ada kuasa manusia atasnya. Segala macam kriteria yang tercantum ataupun segala kedekatan bahkan kesamaan bukan jaminan jodoh. Saya sampai nyubit2 tangan, apa benar ini nyata, (sekalian biar groginya ilang), seolah saya seperti digerakkan saja oleh Allah untuk pada akhirnya duduk di Masjid Muhsinin Hari Sabtu tgl 26 Maret 2016. Setelah sebelumnya Allah bulatkan tekad saya saya untuk memutuskan  berangkat ke Cikarang tgl 12 Oktober 2015. Setuju untuk diproses dengan seorang ikhwan tgl 1 Januari 2016. Setelah sholat istikharah dan jadi spywoman beberapa hari, tanggal  7 Januari  2016 menjawab “Insya Allah lanjut”. Memantapkan hati lewat taaruf pribadi tanggal 16 Januari 2016. Tanggal 20 Februari 2016 untuk pertama kali bertemu dengan camer 😀 di Payakumbuh sekaligus acara khitbah dan penentuan tanggal akad nikah dan walimahan 26 Maret 2016. Alhamdulillah.

Terakhir, kata-kata Abbas Al Aqqad berikut selalu saja membuat saya mengaangguk angguk :

Sesungguhnya intisari dari pengalaman dan filsafat cinta itu adalah, bahwa kau tak mencintai saat memilih, dan kau tak memilih saat mencintai dan kita berjalan mengikuti takdir Allah saat kita dilahirkan, mencintai dan mati (Abbas al Aqqad)

Special Note :

Teruntuk lelaki separuh jiwa, tiga bulan sudah, mohon maaf atas segala kekurangan diri,  terima kasih untuk hal-hal sederhana yang melengkapi. Pengertian, pemahaman, bantuan, nasihat, perhatian, and so many things I can’t mention, and you know,  I always call it L.O.V.E. Yeah thank you for your Love. Thanks for really complete me with so different extreme point we have.

Taman Lembah Hijau, di sepertiga akhir Ramadhan, di seumur jagung Pernikahan, 26 Maret – 26 Juni 2016.

Taraweh dan Sajadah

Ramadhan 1437 H adalah Ramadhan pertama di perantauan pulau seberang. Ternyata memang benar, dimana saja di penjuru bumi ini adalah miliknya Allah, tidak perlu takut, orang-orang nya, hamba Allah,  meski berasal dari suku dan etnik yang berbeda tetap saja pada akhirnya memberi kesan baik di diri saya yang dulu sempat saya curigai menganut paham chauvinisme alias sukuisme yang melebihi kadarnya :D.

Setiap taraweh saya termasuk orang yang sangat menghindari prilaku ribet, alahay bilang ajae males fiit hehe. Saya lebih memilih membawa  tangan kosong dan melenggang ke masjid dengan full atribut mukena dari rumah. Kenapa begitu? Biar gak perlu menenteng mukena plus sajadah dan harus memilih pakaian yang layak pakai ke masjid. Jadilah saya dibonceng suami ke masjid dengan penampakan sedikit ribet (oleh orang yang melihat :p), berhati-hati takut kibaran mukena masuk ke roda, hee. Perihal sajadah apalagi, lagi-lagi pikiran simpel saya berkelebat, di masjid kan bersih, udah digelar karpet yang bersih lah ngapain bawa sajadah, pertama ribet, kedua saya takut lupa dan meninggalkan sajadah saya tercecer dimana-mana (lebay) :P)

Dan apa yang terjadi setelah saya sampai di masjid, sejak malam pertama sampai malam ke 20 saya akhirnya selalu bersujud di atas sajadah, kenapa bisa. Karena selalu saja ada ibu-ibu peduli yang menawarkan sajadah  yang tersimpan di lemari masjid atau ibu-ibu  baik hati yang saat akantakbiratul ihram bela-belain merotasikan sajadah nya hingga membentang di hadapan saya. Point plus lainnya ibu-ibu itu selalu mengarahkan bagian atas sajadahnya ke arah saya yang artinya bagian kakinya ke arah ibu si empunya. Duh baiknya ibu. Saya jadi terharu dan malu. Moga jadi amal ibadah di bulan Ramadhan nya bu. Aamiin.

Demikianlah, Ramadhan dan taraweh pertama di pulau Jawa. Ternyata syahdunya masih sama, hangatnya ukhuwahpun berasa.

Masjid Al-Hidayah, The Green Valley Ramadhan 1437 H.

My Mirror

Hello my mirror…
I always get baper whenever beside you..
Yea..maybe I’m the only one who feel so because you describe yourself as a calm and rational one.

It’s happy to know that we have the same old today .. even you almost forget this day huh..how cute you are darl..caring less about the date..what a man!!

What about Batman vs Superman movie we watched last midnight. U took me to movie to please your wife huh..thank you so much but frankly to say I prefered to helping my sleepy eyes rather than watching their action on the screen. But I really enjoyed sitting behind u riding motorcycle to the movie, talking so many things, asking why this why that (especially about chemistry). You are really a great alchemist -for me-. It was also a fun thing to walk beside you wearing the same jacket (nice to know we have the -almost- mimicry jacket with our fav color blue). You said we looks like alay teenager, right. Haha..if it is with you it will be oke for me.

So Happy Birthday my mirror.Hopefully u have barakah age
Doing great things along the journey to reach paradise.

Hopefully we will be looking and staring each other like this. Beautifying our self in order to get better reflection in the mirror.

Last but not least, let’s thanks Allah for His great mysterious destiny. That today in your 25 years I’m here as your mirror.

The Green Valley, April 6th 2016
With love

Enjoy

Mama : “kan lai lomak karojo disitu  kan? (dst)? ”

Papa : ” lai sonang ati fit disitu kan, (dst)”

Kakak : ” lai managiah dek wak situ kan?”

Adik :” lai asyik situ kan kak cit?”

Abang sepupu: ” lai enjoy fit situ kan?”

Pertanyaan inti yang sama dari semua anggota keluarga saya di awal kepindahan saya ke tempat kerja yang baru, apakah saya nyaman, apakah saya menikmati. Bukan pertanyaan lain, berapa nominal pasien atau berapa tambahan rekening bulanan di awal bulan  :p. Karena mungkin dunia pekerjaan ternyata tidak seperti dunia perkuliahan ataupun internship sekalipun. Suasana nya menjadi berubah. Tidak ada teman haha hihi seumuran layaknya dulu, tidak ada tindakan yang  ” the risk is on their shoulder” or ” sorry, we are supervised” sambil minta tolong dosen atau pembimbing, tidak ada lagi. Now We are standing on our own feet.*note

Karena mungkin saya merantau jauh (lagi) dan tidak ada satu orang pun saudara disini. Semua seperti saya mulai dari nol lagi, nyari kosan, beli peralatan kebutuhan sehari hari, berkenalan dengan kanan kiri, and I am miles away from home, alone, again. 🙂

Karena mungkin keluarga terkhusus orang tua adalah sosok yang paling paham siapa kita, yang paling tak tega kita menderita, alahay, tapi memang iya, .

Dan kita masing-masing mungkin punya cara berbeda menjawab pertanyaan  diatas. Saya pribadi selalu diajari sang kakak untuk selalu menjawab “everything is oke, i enjoy it much“. Haha.. But I’m not lying. Saya tipikal orang yang mudah menikmati suasana baru, bahkan suasana yang bagi orang lain mungkin membosankan atau bagi orang lain terkukung. Katrok kali ya. Haha. Bagusnya  saya orangnya betahan, jeleknya saya jadi nyaman dan stay di tempat pertama saya berdiri, susah mupon gitu kali ya, haha.. eh ga gitu juga sih (?), intinya ga maju-maju jadinya :p. Bisa jadi ada benarnya, tapi di titik ini saya hanya ingin menjalani apa yang telah saya tekadkan dan rencanakan sedari awal. Kalau melihat rumput tetangga (seperti) lebih hijau, saya cuma ngomong dalam hati toh tentang warna rumput kita juga punya selera yang bebeda. *ngeles

Tentang enjoy yang nota bene adalah kata kerja, saya menyadari ianya tidak hadir serta merta, maka saya sedang mengusahakan untuk menikmati apa-apa yang saya jalani hari ini.

Finally, as people said:

Choose a job you love and you will never work a day in your life,

The green valley, Cikarang
In the beginning of 2016.